Quantum Teaching
UKM, DWA – Universitas Kristen Maranatha (UKM) tak pernah berhenti untuk meningkatkan kualitas para pengajarnya. Salah satunya lewat pelatihan dan seminar. Kali ini, UKM menyelenggarakan sebuah pelatihan sekaligus seminar, yang menarik perhatian hampir seluruh staff pengajar. Hal ini dikarenakan oleh tema yang diangkat dalam seminar ini, Quantum Teaching. Dengan pembicara Anthony Dio Martin, pelatihan dan seminar ini berlangsung dengan sangat menyenangkan, tak ada sedikit pun rasa tegang yang terasa dalam ruangan Paulus UKM (pelatihan) dan ruang teater UKM (seminar), Kamis (3/5).
Pelatihan Quantum Teaching
Pada pelatihan ini, seluruh peserta diajak menggerakkan tubuh mereka dengan sedikit “senam” penggapaian cita-cita. Mulai dari gerakan memanah, berenang, berlari kecil, mengangkat tangan setinggi mungkin, sampai bertepuk tangan. Semua gerakan itu melambangkan arti dari sebuah penggapaian cita-cita atau tujuan yang berlandaskan pada kemampuan diri sendiri. Seperti kutipan kata-kata pembicara, “Orang sukses adalah orang yang memiliki cita-cita di masa depan”, sehingga para peserta diberi “pemanasan” mengenai cita-cita yang belum mereka realisasikan.
Pada pelatihan ini juga dijabarkan beberapa Golden Commitment atau kunci kesuksesan. Seperti “Buka tutup gelas-buka pikiran” di mana para peserta diajarkan untuk membuka pikiran agar semua informasi yang diterima dapat diserap dengan baik, “Fun” di mana pada point ini pembicara menerapkan gaya belajar-mengajar yang lebih rileks agar setiap pelajar pun bisa menyerap semua informasi tanpa adanya ketegangan. Seperti makna dari sebuah kutipan yang disodorkannya, “When you get too serious, you get stupid”.
Meskipun masih hari pertama, tapi pelatihan yang diadakan selama tiga hari ini (3-5/5) telah menuai banyak pertanyaan dari para peserta. Sebagai contoh, dalam suatu kelas pastilah ada yang minor dan mayor dalam tingkat kecerdasan, bagaimanakah cara mengatasi masalah yang dihadapi minor? Pertanyaan Jimmy ini dijawab dengan cepat dan tepat oleh pembicara yang mengatakan bahwa ada tiga cara untuk mengatasinya, yaitu, “Sembunyikan”, di mana kemungkinan cara pengajaran pengajar tersebutlah yang salah, jadi beliau menganjurkan pada para peserta agar mencermati dan memperbaiki cara mengajar mereka yang salah. “Semprot”, di mana pelajar minor dipanggil secara khusus untuk mempelajari secara langsung masalah yang sedang dihadapi oleh pelajar tersebut, dan yang ketiga, “Sembuhkan”, di mana peserta bisa mengajak pelajar minor untuk counseling langsung ke pakarnya. Ketiga cara ini memberikan jalan keluar yang baik bagi para peserta. Seperti yang diutarakan oleh Meliana, dosen IT, meski baru hari pertama tapi tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam pelatihan ini bisa menjawab kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh para pengajar.
Seminar Quantum Teaching
Seminar singkat mengenai metode pengajaran yang baik ini tak kalah serunya. Mulai dari eksekutif UKM sampai staff administrasi hadir dalam seminar ini. Bukan karena kesempatan untuk hadir yang menjadi penyebabnya melainkan karena tema dari seminar ini sendiri, “Quantum Teaching”. Para dosen yang hadir mengakui bahwa mereka membutuhkan sistem pengajaran yang baru dan lebih segar dari yang sebelumnya dan menurut mereka sistem quantum teaching ini cukup berguna bagi mereka. Sangat disayangkan, menurut penuturan salah seorang dosen Teknik Elektro (TE) UKM, setelah beberapa lama menerapkan sistem ini, beliau belum merasakan perubahan yang kontras pada para mahasiswanya dan perubahan tersebut sanagt bergantung pada kondisi kelas tau mahasiswanya tersebut. Padahal, jika dilihat dari pengalaman dosen yang lain, yang tanpa dia sadari bahwa dia telah menerapkannya, sistem ini cukup memberikan perubahan yang kontras pada para mahasiswanya.
Untuk menanggapi masalah ini, DWA mencari jawaban yang tepat dari pakarnya secara langsung, Anthony Dio Martin. Beliau mengatakan bahwa masalah perubahan yang sedang dihadapi oleh dosen TE tersebut bisa saja terletak pada penyampaian informasi oleh pengajar itu sendiri, karena “Quantum Teaching” tidak hanya memiliki satu metode pengajaran tapi banyak, seperti teknik “story telling” dan “bahasa tubuh”. Hal ini sangat berpengaruh, karena lewat kedua teknik ini para pelajar bisa merasa semangat dalam menghadapi materi yang diberikan. Selain itu, ketika para pengajar menggunakan teknik ini, mereka pun harus bisa memahami kondisi mahasiswanya agar teknik inipun bisa membuahkan hasil memuaskan yang diinginkan para pengajar.
Dekan IT yang turut hadir dalam kedua acara ini, Yenni M Djadjalaksana, M.B.A, berharap bahwa seluruh dosen di UKM, khususnya IT, bisa menerapkan sistem pengajaran ini yang meskipun cukup susah jika diterapkan secara langsung, sehingga meskipun proses penerapan sistem ini dijalankan secara perlahan tapi bisa memberikan yang terbaik bagi para mahasiswa/i UKM. Hasil seperti inilah yang diinginkan setiap pengajar, di mana lulusan yang mereka persembahkan adalah lulusan yang terbaik. (R)