Senin, 16 Februari 2009

quantum teaching

Quantum Teaching


UKM, DWA – Universitas Kristen Maranatha (UKM) tak pernah berhenti untuk meningkatkan kualitas para pengajarnya. Salah satunya lewat pelatihan dan seminar. Kali ini, UKM menyelenggarakan sebuah pelatihan sekaligus seminar, yang menarik perhatian hampir seluruh staff pengajar. Hal ini dikarenakan oleh tema yang diangkat dalam seminar ini, Quantum Teaching. Dengan pembicara Anthony Dio Martin, pelatihan dan seminar ini berlangsung dengan sangat menyenangkan, tak ada sedikit pun rasa tegang yang terasa dalam ruangan Paulus UKM (pelatihan) dan ruang teater UKM (seminar), Kamis (3/5).


Pelatihan Quantum Teaching

Pada pelatihan ini, seluruh peserta diajak menggerakkan tubuh mereka dengan sedikit “senam” penggapaian cita-cita. Mulai dari gerakan memanah, berenang, berlari kecil, mengangkat tangan setinggi mungkin, sampai bertepuk tangan. Semua gerakan itu melambangkan arti dari sebuah penggapaian cita-cita atau tujuan yang berlandaskan pada kemampuan diri sendiri. Seperti kutipan kata-kata pembicara, “Orang sukses adalah orang yang memiliki cita-cita di masa depan”, sehingga para peserta diberi “pemanasan” mengenai cita-cita yang belum mereka realisasikan.

Pada pelatihan ini juga dijabarkan beberapa Golden Commitment atau kunci kesuksesan. Seperti “Buka tutup gelas-buka pikiran” di mana para peserta diajarkan untuk membuka pikiran agar semua informasi yang diterima dapat diserap dengan baik, “Fun” di mana pada point ini pembicara menerapkan gaya belajar-mengajar yang lebih rileks agar setiap pelajar pun bisa menyerap semua informasi tanpa adanya ketegangan. Seperti makna dari sebuah kutipan yang disodorkannya, “When you get too serious, you get stupid”.

Meskipun masih hari pertama, tapi pelatihan yang diadakan selama tiga hari ini (3-5/5) telah menuai banyak pertanyaan dari para peserta. Sebagai contoh, dalam suatu kelas pastilah ada yang minor dan mayor dalam tingkat kecerdasan, bagaimanakah cara mengatasi masalah yang dihadapi minor? Pertanyaan Jimmy ini dijawab dengan cepat dan tepat oleh pembicara yang mengatakan bahwa ada tiga cara untuk mengatasinya, yaitu, “Sembunyikan”, di mana kemungkinan cara pengajaran pengajar tersebutlah yang salah, jadi beliau menganjurkan pada para peserta agar mencermati dan memperbaiki cara mengajar mereka yang salah. “Semprot”, di mana pelajar minor dipanggil secara khusus untuk mempelajari secara langsung masalah yang sedang dihadapi oleh pelajar tersebut, dan yang ketiga, “Sembuhkan”, di mana peserta bisa mengajak pelajar minor untuk counseling langsung ke pakarnya. Ketiga cara ini memberikan jalan keluar yang baik bagi para peserta. Seperti yang diutarakan oleh Meliana, dosen IT, meski baru hari pertama tapi tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam pelatihan ini bisa menjawab kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh para pengajar.


Seminar Quantum Teaching

Seminar singkat mengenai metode pengajaran yang baik ini tak kalah serunya. Mulai dari eksekutif UKM sampai staff administrasi hadir dalam seminar ini. Bukan karena kesempatan untuk hadir yang menjadi penyebabnya melainkan karena tema dari seminar ini sendiri, “Quantum Teaching”. Para dosen yang hadir mengakui bahwa mereka membutuhkan sistem pengajaran yang baru dan lebih segar dari yang sebelumnya dan menurut mereka sistem quantum teaching ini cukup berguna bagi mereka. Sangat disayangkan, menurut penuturan salah seorang dosen Teknik Elektro (TE) UKM, setelah beberapa lama menerapkan sistem ini, beliau belum merasakan perubahan yang kontras pada para mahasiswanya dan perubahan tersebut sanagt bergantung pada kondisi kelas tau mahasiswanya tersebut. Padahal, jika dilihat dari pengalaman dosen yang lain, yang tanpa dia sadari bahwa dia telah menerapkannya, sistem ini cukup memberikan perubahan yang kontras pada para mahasiswanya.

Untuk menanggapi masalah ini, DWA mencari jawaban yang tepat dari pakarnya secara langsung, Anthony Dio Martin. Beliau mengatakan bahwa masalah perubahan yang sedang dihadapi oleh dosen TE tersebut bisa saja terletak pada penyampaian informasi oleh pengajar itu sendiri, karena “Quantum Teaching” tidak hanya memiliki satu metode pengajaran tapi banyak, seperti teknik “story telling” dan “bahasa tubuh”. Hal ini sangat berpengaruh, karena lewat kedua teknik ini para pelajar bisa merasa semangat dalam menghadapi materi yang diberikan. Selain itu, ketika para pengajar menggunakan teknik ini, mereka pun harus bisa memahami kondisi mahasiswanya agar teknik inipun bisa membuahkan hasil memuaskan yang diinginkan para pengajar.

Dekan IT yang turut hadir dalam kedua acara ini, Yenni M Djadjalaksana, M.B.A, berharap bahwa seluruh dosen di UKM, khususnya IT, bisa menerapkan sistem pengajaran ini yang meskipun cukup susah jika diterapkan secara langsung, sehingga meskipun proses penerapan sistem ini dijalankan secara perlahan tapi bisa memberikan yang terbaik bagi para mahasiswa/i UKM. Hasil seperti inilah yang diinginkan setiap pengajar, di mana lulusan yang mereka persembahkan adalah lulusan yang terbaik. (R)

jesus 2

Did Jesus claim to be God?

Many are willing to accept Jesus Christ as a good man, or a great prophet, but argue that Jesus never claimed to be God. Those who deny Jesus’ deity point out scriptures that back up their belief that Jesus never intended to be worshipped as God.

The evidence, however, indicates that from the time of the apostles, Jesus was worshipped as Lord. After the apostles died, several first and second century church leaders wrote of Jesus’ deity. Finally in 325 A. D. the leadership of the church articulated the belief that Jesus is fully God.

Some argue that the church “invented” Jesus’ deity by rewriting the gospel accounts. In fact, the world’s best-selling fictional book, The Da Vinci Code sold over 40 million books by making that claim (See “Was there a Da Vinci Conspiracy?”). Although the book made its author, Dan Brown, wealthy, his fictional account was debunked by scholars as bad history. In fact, the New Testament has been deemed the “most reliable of all ancient historical documents” (See. “Are the Gospels True?”).

In this article we will examine what Jesus Christ said about himself. What did Jesus mean by the terms, “Son of Man,” and “Son of God?” If Jesus wasn’t God, why did his enemies accuse him of “blasphemy?” More importantly, if Jesus wasn’t God, why did he accept worship?

First let’s look briefly at what Christians believe about Jesus Christ.

From Creator to Carpenter?

At the core of Christianity is the belief that God came to earth in the Person of His Son, Jesus Christ. The Bible teaches that Jesus is not a created being like the angels, but is the very Creator of the universe. As theologian J. I. Packer writes, “The gospel tells us that our Creator has become our Redeemer.”2

The New Testament reveals that, in accordance with his Father’s will, Jesus temporarily set aside his power and glory to become a tiny helpless baby. As he grew, Jesus worked in a carpenter shop, experienced hunger, got tired, and suffered pain and death like us. Then at age 30 he began his public ministry.

jesus


Is Jesus God?

Have you ever met somebody with such personal magnetism that he/she is always the center of attention? Possibly his/her personality or intelligence---but something about him/her is enigmatic. Well, that’s the way it was two thousand years ago with Jesus Christ.

Jesus’ greatness was obvious to all those who saw and heard him. But, whereas most great people simply fade into history books, Jesus of Nazareth is still the focus of numerous books and media controversy. And much of that controversy revolves around the radical claims Jesus made about himself.

As an unheralded carpenter from an obscure Galilean village in Israel, Jesus made claims that, if true, have profound implications on our lives. According to Jesus, you and I are special, part of a grand cosmic scheme, with him as the center of it all. This and other claims like it stunned everyone who heard them uttered.

It was primarily Jesus’ outrageous claims that caused him to be viewed as a crackpot by both the Roman authorities and the Jewish hierarchy. Although he was an outsider with no credentials or political powerbase, within three years, Jesus changed the world for the next 20 centuries. Other moral and religious leaders have left an impact---but nothing like that unknown carpenter from Nazareth.

What was it about Jesus Christ that made the difference? Was he merely a great man, or something more?

These questions get to the heart of who Jesus really was. Some believe he was merely a great moral teacher; others believe he was simply the leader of the world’s greatest religion. But many believe something far more. Christians believe that God has actually visited us in human form. And they believe the evidence backs that up. So who is the real Jesus? Let’s take a closer look.

As we take a deeper look at the world’s most controversial person, we begin by asking: could Jesus have been merely a great moral teacher?